Petani sedang memetik kopi yang merupakan salah satu komoniti andalan Ekspor Lampung. foto ist 
BANDAR LAMPUNG- Nilai ekspor Provinsi Lampung pada September 2017 mengalami penurunan dari Agustus 2017 mencapai US$75,42 juta atau turun 20,09 persen, hingga berada pada nilai US$300,00 juta. 
Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Yeane Irmaningrum, saat menggelar konferensi pers, di ruang vicon BPS setempat, Senin (16/10).
Yeane menjelaskan, adapun golongan barang utama ekspor Provinsi Lampung tersebut yaitu, lemak dan minyak hewan/nabati; kopi, teh, dan rempah-rempah; batu bara; olahan dari buah-buahan/sayuran; serta karet.
"Kenaikan ekspor September 2017 terhadap Agustus 2017 terjadi pada tiga golongan barang utama seperti, batu bara naik 277,41 persen, olahan dari buah buahan/sayuran naik 16,65 persen, dan karet dan barang dari karet naik 5,36 persen. Sementara dua golongan barang utama lainnya yaitu lemak dan minyak hewan/nabati serta kopi, teh dan rempah-rempah mengalami penurunan masing-masing sebesar 40,70 persen dan 24,33 persen," paparnya.
Dikatakannya, negara utama tujuan ekspor Provinsi Lampung pada September 2017 yaitu ke Tiongkok yang mencapai US$51,38 juta, India US$49,38 juta, Belanda US$30,66 juta, diikuti Italia dan Amerika Serikat masing-masing dengan nilai ekspor sebesar US$25,88 juta, dan US$23,99 juta. Sehingga peranan kelimanya mencapai 60,43 persen.
Di samping itu, ia mengatakan, hal ini justru berbanding terbalik dengan nilai impor Provinsi Lampung yang mengalami peningkatan di bulan yang sama. Di mana kenaikannya mencapai US$75,78 juta atau naik 44,03 persen dari Agustus 2017, sehingga berada pada nilai US$247,91 juta.
Kenaikan impor pada September 2017 ini terjadi pada empat golongan barang utama yaitu, gula dan kembang gula naik 3.747,22 persen; biji-bijian berminyak naik sebesar 1.363,25 persen; binatang hidup naik sebesar 35,10 persen; dan mesin mesin/pesawat mekanik naik sebesar 11,07 persen. Sedangkan penurunan impor dalam hal ini hanya terjadi pada golongan ampas/sisa industri makanan yang turun sebesar 57,82 persen.
Hingga kini, negara yang masih mendominasi penyaluran barang impor diantaranya, Saudi Arabia sebesar US$44,25 juta; Australia US$40,07 juta; Kuwait US$23,99 juta, Qatar US$23,11 juta, dan Uni Emirat Arab US$22,33 juta. (tim)

Post A Comment: