foto ilustrasi. ist 
Jakarta- Seperti diberkirakan sebelumnya, Gunung Agung di Provinsi Bali ahirnya meletus. Perlahan, gunung setinggi 3.142 mdpl itu telah mengeluarkan.

Pantauan sementara awak media, aktifitas warga terutama di Bandara Ngurah Rai masih berjalan normal. Abu  Gunung Agung mulai menyemburkan abu vulkanik dari ketinggiannya, 3.031  meter di atas permukaan laut pada Selasa (21/11/2017).

Akibat gunung yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali, ini meletus, tentunya ada
banyak hal yang harus diwaspadai masyarakat sekitar. Salah satunya adalah dampa dari abu vulkanik bagi tubuh.


Mengutip Carleton.edu, abu vulkanik adalah efek yang paling mematikan saat gunung
 meletus. Ini karena abu vulkanik membawa gas beracun yang bisa berbahaya bagi semua makhluk hidup. Dalam abu vulkanik, terkandung berbagai partikel dan gas berbahaya, seperti aerosol.
Termasuk juga di dalamnya: karbondioksida, sulfat, asam hidroklorik, dan asam hidroflourik.
Selain itu, abu vulkanik yang disemburkan saat gunung berapi seperti Gunung Agung
 meletus juga bisa mengganggu pandangan dan mengurangi penglihatan. Sehingga
harus sangat diwaspadai bagi mereka yang membawa kendaraan Menghirup abu vulkanik bisa sangat fatal bagi kesehatan manusia, karena kandungan aerosol dan gas beracun pembentuknya.

Efek kesehatan akibat abu vulkanik termasuk: gangguan pernapasan, gangguan penglihatan, dan iritasi kulit.

1. Simtom gangguan pernapasan (jangka pendek)

- Hidung berair- Tenggorokan sakit/batuk-batuk- Sesak napas- Kemungkinan bronkitis

2. Simtom gangguan penglihatan (jangka pendek)

- Mata gatal dan merah- Abrasi kornea atau goresan (bisa menyebabkan
konjunctivitis)- Robekan

Salah satu efek jangka panjang dari paparan abu vulkanik adalah silicosis. Silicosis
adalah penyakit yang menyebabkan kerusakan dan bercak pada paru-paru.

Penting juga diingat, abu vulkanik juga bisa mempengaruhi dan merusak persediaan
air di daerah terdampak.
Untungnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari bahaya
abu vulkanik. Sebagai berikut:

1. Gunakan pakaian pelindung, goggles (pelindung mata), dan masker debu.

2. Menutup ruangan

3. Mereka yang sudah memiliki kondisi gangguan awal pernapasan harus memastikan
diri selalu berada di dalam ruangan.

4. Basahi parikel abu dan debu untuk mencegah pergerakan.

5. Ketika mengemudi, pastikan menjaga jarak aman antar kendaraan

6. Hindari melakukan gerakan fisik yang melelahkan, karena harus menarik napas
berat bisa mengakibatkan penghirupan partikel jadi lebih dalam di paru-paru.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho,
letusan Gunung Agung tersebut berjenis freaktik. Letusan freatik terjadi akibat adanya
uap air bertekanan tinggi.


"Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan
yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah, kemudian kontak langsung dengan
magma. Letusan freatik disertai dengan asap, abu, dan material yang ada di dalam
kawah," ujar Sutopo dalam keterangan, Jakarta, Selasa, (21/11/2017).

Gempa jenis ini disebutkan sulit diprediksi. Beberapa kali gunung api di Indonesia
meletus freatik saat status gunung api tersebut Waspada (level 2).

"Seperti letusan Gunung Dempo, Gunung Dieng, Gunung Marapi, Gunung Gamalama,
Gunung Merapi dan lainnya. Tinggi letusan freaktik juga bervariasi, bahkan bisa
mencapai 3.000 meter tergantung dari kekuatan uap airnya," jelas dia.

Sutopo juga menuturkan, abu vulkanik bertiup ke arah Timur-Tenggara. Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menganalisis aktivitas
vulkanik. "Status Gunung Agung tetap Siaga atau level 3," ujar dia.(lp6)



Post A Comment: