Foto ilustrasi.ist
Bandarlampung- Penyaluran dana Program Indonesia Pintar (PIP) di Madrasah Yayasan Maulana Al-Amin, Kabupaten Tulangbawang disinyalir sarat dengan mainan. Dan patut diduga dana yang sejatinya untuk generasi penerus bangsa itu telah diamputasi oleh oknum di lingkungan sekolah tersebut.

PIP merupakan salah satu program membantu anak keluarga dari kalangan.ekonomi lemah agar tidak putus sekolah.
Melalui program ini pemerintah berharap angka putus sekolah di Indonesia bisa menurun secara drastis. KIP bisa dibilang kartu sakti yang dapat membantu masyarakat kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya secara gratis dari usia 6-21 tahun.

Namun sayangnya, di dunia pendidikan Kabupaten Tulangbawang kartu sakti tersebut, mamfaatnya belum sepenuhnya dirasakan oleh siswa-siswi yang ada di Sai Bumei Nengah Nyappur.
Dari informasi yang ada, di Yayasan Maulana Al-Amin, siswa-siswi yang mendapatkan KIP hanya menerima dana sebesar Rp 33.000 (Tiga puluh tiga ribu).

"Dua tahun yang lalu anak kami mendapatkan KIP, lantas dari pihak sekolahan meminta foto kopy ,katanya mau dibuatkan ATM. Anak saya mendapatkan dana Rp33.000, katanya pihak sekolah dalam anak satu kebagian Rp 250.000; berhubung anak yang dapat 60 siswa,katanya pihak sekolah dibagi rata."kata para wali murid  yang namanya enggan di sebutkan.

Para wali murid mengatakan, dana Rp 33.000, merupakan dana pertama dan terakhir kali mereka mendapatkan bantuan tersebut,hingga akhir tahun 2018 mereka tidak pernah mendapatkan bantuan tersebut lagi. Sayangnya ketika para awak media termasuk Pikiran Lampung ingin menanyakan hal kepala sekolah sekaligus ketua yayasan tersebut, sedang tidak berada di tempat. Para staf dan guru  yang ditemui enggan memberikan penjelasan rinci.
Sementara dihubungi kembali oleh redaksi Pikiran Lampung melalui pesan WhatsApp, sang kepala sekolah dan yayansan tersebut, Dwi Ismiati tetap tidak ingin memberikan konfirmasi. (R1)

Post A Comment: