lisensi

Kamis, 06 Maret 2025, Maret 06, 2025 WIB
Last Updated 2025-03-06T10:24:57Z
Serba-Serbi Ramadan 1446 H

Berburu Takjil, Cerminan Budaya Yang Mendukung Perputaran Ekonomi UMKM

Advertisement



Bandar Lampung (Pikiran Lampung) - Bulan Ramadhan selalu membawa suasana berbeda di setiap kota, terutama ketika sore menjelang dan masyarakat mulai berburu takjil. Di Bandar Lampung, tradisi ini bukan sekadar aktivitas kuliner, tetapi juga cerminan budaya, dinamika ekonomi, dan manifestasi kearifan lokal yang terus hidup dari generasi ke generasi. Dari pasar tradisional hingga pedagang kaki lima di pinggir jalan, berburu takjil adalah ritual tahunan yang menyatukan berbagai lapisan masyarakat dalam harmoni khas bulan suci.   

Takjil bukan sekadar hidangan berbuka puasa. Dalam perspektif Islam, berbuka dengan makanan ringan adalah bagian dari sunnah Nabi Muhammad saw, yang menganjurkan umatnya untuk memulai berbuka dengan kurma atau air sebelum melanjutkan dengan makanan berat. Namun, dalam praktiknya, takjil telah berkembang menjadi fenomena budaya yang berakar pada selera, tradisi, dan kearifan lokal masing-masing daerah.



Di Bandar Lampung, berburu takjil menjadi agenda rutin yang ditunggu-tunggu. Sejak pukul empat sore, masyarakat mulai memadati titik-titik penjualan takjil. Seperti yang terpantau di Jalan Letkol Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung, tepat di depan Masjid Al-Huda. Puluhan pedagang tampat menjajakan hidangan berbuka dengan berbagai macam rupa. Berbagai makanan khas hadir di lapak-lapak pedagang, seperti kolak pisang, es timun suri, cendol, serabi, pempek, hingga bubur kampiun yang menjadi favorit banyak orang.

Menariknya, takjil yang dijajakan tidak hanya mencerminkan cita rasa lokal, tetapi juga akulturasi budaya yang unik. Sebagai kota yang menjadi titik pertemuan berbagai etnis; Lampung, Jawa, Minang, Palembang, Tionghoa, hingga Arab, variasi takjil yang dijajakan turut mencerminkan keberagaman ini. Kita bisa menemukan kelembutan serabi khas Jawa di satu sudut, lalu bergeser sedikit dan menjumpai es kacang merah ala Tionghoa, hingga pempek Palembang yang selalu menjadi primadona.

Ririn (52), seorang pedagang aneka kue dan minuman takjil mengakui, disaat menjajakan jajanannya  pada hari pertama dan kedua Ramadhan, dagangannya laris terjual. "Alhamdulillah, sejak awal puasa laris, hampir habis terjual kue dan minuman," katanya.



Ia berharap kondisi tersebut tetap bertahan bahkan bisa meningkat hingga penghujung ramadhan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, jika pun ada kelebihan dapat menambah buat menyambut Idul Fitri.

"Ya moga aja terus dapat bertahan kondisi begini, laris terus, bisa berputar uangnya, karena ada kue titipan orang juga. Rezeki yang didapat buat kebutuhan sehari-hari, jika ada lebih buat lebaran juga," imbuhnya.

Hal senada juga diutarakan Adi (27) penjual kelapa muda dan air tebu, yang hanya membuka lapak saat bulan puasa. Ia mengaku menjadikan bulan Ramadhan sebagai salah satu momentum untuk menjual kelapa muda dan air tebu untuk menambah penghasilan. "Hanya bulan puasa saja buka, kelapa muda dan air tebu saja," sebutnya.

Tak hanya pedagang, para pembeli dari berbagai daerah yang melintas maupun penduduk setempat terlihat antusias membeli aneka jajanan untuk berbuka. Mereka mulai terlihat memadati titik-titik penjualan takjil sejak pukul 16.30 hingga menjelang saat berbuka.(yola)