Advertisement
Bandar Lampung - Puasa sering kali dikaitkan dengan rasa lapar, haus, dan tantangan menahan hawa nafsu. Namun, di balik itu semua, puasa adalah sumber kebahagiaan sejati bagi seorang mukmin. Kebahagiaan yang bukan hanya bersifat lahiriah, tetapi juga batiniah.
Seorang yang berpuasa dengan ikhlas akan merasakan ketenangan hati, kedekatan dengan Allah, dan kemenangan atas dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda bahwa ada dua kebahagiaan yang diberikan kepada orang yang berpuasa, dan ini menjadi motivasi bagi kita untuk menjalani Ramadhan dengan penuh kegembiraan. Rasulullah saw bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ، فَرْحَةٌ عِندَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِندَ لِقَاءِ رَبِّهِ Artinya: Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu dengan Tuhannya (HR Bukhari dan Muslim).
1. Kebahagiaan Saat Berbuka Kebahagiaan pertama yang dirasakan oleh orang yang berpuasa adalah saat berbuka. Setelah seharian menahan diri dari makan, minum, dan segala yang membatalkan puasa, Allah menghadiahkan kegembiraan yang luar biasa. Ini bukan hanya kebahagiaan karena mengisi kembali energi, tetapi juga rasa syukur karena telah menyelesaikan ibadah yang diperintahkan Allah.
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa kebahagiaan berbuka bukan hanya karena bisa makan kembali, tetapi juga karena ia telah berhasil melaksanakan perintah Allah dengan baik. Saat berbuka, seorang mukmin merasakan nikmatnya ketaatan dan keberhasilan dalam mengendalikan hawa nafsu. Rasulullah saw bahkan menganjurkan agar kita bersegera dalam berbuka sebagai bentuk menyambut rahmat Allah: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ Artinya: Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka (HR Bukhari dan Muslim).
2. Kebahagiaan Saat Bertemu dengan Allah Kebahagiaan kedua yang lebih besar adalah ketika seorang mukmin bertemu dengan Allah swt di akhirat. Setiap ibadah yang dilakukan dengan ikhlas akan berbuah pahala yang berlipat ganda, dan puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah. Rasulullah saw menyampaikan sabda Allah dalam hadits qudsi: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ Artinya: Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa pahala puasa tidak terbatas, karena Allah langsung yang akan membalasnya sesuai dengan keikhlasan dan ketakwaan seorang hamba. Inilah kebahagiaan tertinggi, yaitu ketika seorang mukmin melihat hasil puasanya di akhirat dan mendapat ridha Allah. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi tentang menemukan kebahagiaan yang lebih dalam, bahagia karena menjalankan perintah Allah, bahagia karena mengendalikan diri, dan bahagia karena dijanjikan pahala yang luar biasa.
Ramadhan adalah kesempatan bagi kita untuk melatih diri agar lebih sabar, lebih bersyukur, dan lebih dekat kepada Allah. Jangan jadikan puasa sebagai beban, tetapi nikmatilah sebagai jalan menuju kebahagiaan hakiki. Berbahagialah karena setiap hari dalam Ramadhan adalah peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak amal kebaikan, dan merasakan nikmatnya iman. Semoga kita semua termasuk dalam hamba-hamba yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat melalui puasa yang penuh keikhlasan dan kesungguhan. Aamiin.(H Puji Raharjo Soekarno - Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung)