lisensi

Senin, 17 Maret 2025, Maret 17, 2025 WIB
Last Updated 2025-03-17T08:40:54Z
Serba-Serbi Ramadan 1446 H

Makna Iqra’: Membaca Alam, Sejarah, dan Diri Sendiri untuk Menguatkan Iman

Advertisement



Bandar Lampung - Sering kali, wahyu pertama اِقْرَأْ (Iqra’) dipahami sebagai perintah untuk membaca dalam konteks literasi dan ilmu pengetahuan. Namun, makna yang terkandung dalam ayat ini jauh lebih dalam.  Iqra’ bukan hanya tentang membaca teks tertulis, tetapi juga membaca alam semesta, membaca diri sendiri, dan membaca tanda-tanda kebesaran Allah yang tersebar di seluruh ciptaan-Nya. Keimanan yang kokoh tidak hanya lahir dari pengetahuan, tetapi juga dari kemampuan memahami, merenungi, dan menyadari keberadaan Allah melalui segala sesuatu yang kita baca. 


Allah swt berfirman dalam surat Al-‘Alaq: 1-5:


اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ 


Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS Al-‘Alaq: 1-5).


Ayat ini tidak hanya mendorong manusia untuk mencari ilmu, tetapi juga membangun keimanan melalui pemahaman akan penciptaan. Inilah yang disebut sebagai literasi iman, sebuah cara membaca yang tidak hanya mengandalkan akal, tetapi juga hati dan keyakinan kepada Allah swt. 


1. Membaca Alam Semesta sebagai Bukti Keberadaan Allah 

Allah swt mengajak manusia untuk melihat dan merenungi ciptaan-Nya. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan langit, bumi, gunung, lautan, dan diri mereka sendiri. 


اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ 


Artinya: Maka tidakkah mereka memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan, dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS Al-Ghasyiyah: 17-20). Membaca alam dengan hati yang beriman akan memperkuat keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam aturan dan kehendak-Nya. Dari kebesaran langit hingga detail kecil dalam anatomi manusia, semua adalah tanda kehadiran Allah.


2. Membaca Sejarah sebagai Cermin Kehidupan 

Al-Qur’an banyak mengisahkan umat-umat terdahulu, baik yang beriman maupun yang menolak kebenaran. Ini mengajarkan kita untuk memahami bagaimana perjalanan sejarah dapat menjadi pelajaran bagi keimanan kita.

 فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ 

Artinya: Maka berjalanlah di muka bumi dan lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang sebelum kamu (QS Ar-Rum: 42). Iqra’ dalam makna ini berarti membaca perjalanan manusia, memahami jejak peradaban, dan mengambil hikmah dari mereka yang telah datang sebelum kita.


3. Membaca Diri Sendiri sebagai Makhluk yang Diciptakan 

Salah satu refleksi dari Iqra’ adalah membaca ke dalam diri sendiri. Mengenal diri adalah langkah awal untuk mengenal Allah. 

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ 

Artinya: Dan di dalam dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS Adz-Dzariyat: 21). 


Merenungi bagaimana manusia diciptakan, bagaimana hati bisa merasa bahagia atau sedih, bagaimana akal bisa berpikir dan berkembang, semua itu menunjukkan kebesaran Allah. Iqra’ bukan sekadar perintah membaca dalam arti literasi akademik, tetapi sebuah ajakan untuk membaca dengan mata hati, memahami kehidupan dengan iman, dan melihat setiap fenomena sebagai tanda keberadaan Allah. Ramadhan adalah waktu terbaik untuk kembali merenungi makna Iqra’ dalam hidup kita. Saat kita membaca Al-Qur’an, hendaknya kita tidak hanya mengeja huruf, tetapi juga menggali maknanya, menemukan hikmah, dan menghubungkannya dengan realitas kehidupan. 


Sebagaimana wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah saw bukan hanya sekadar ajakan membaca, tetapi panggilan menuju keimanan dan perubahan besar dalam sejarah manusia, marilah kita juga menjadikan Iqra sebagai gerbang menuju iman yang lebih kokoh, pemahaman yang lebih dalam, dan kehidupan yang lebih bermakna. Wallahu a’lam bish-shawab. (H. Puji Raharjo-Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung)