lisensi

Selasa, 18 Maret 2025, Maret 18, 2025 WIB
Last Updated 2025-03-18T09:21:09Z
Serba-Serbi Ramadan 1446 H

Refleksi Atas Nuzulul Qur’an

Advertisement



Bandar Lampung - Ramadhan bukan hanya bulan puasa, tetapi juga bulan di mana wahyu pertama turun kepada Rasulullah saw. Wahyu itu bukan dimulai dengan perintah shalat, zakat, puasa atau rukun Islam yang lain, tetapi dengan satu kata penuh makna Iqra’ (Bacalah). 


اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 


Artinya: Bacalah! Dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajarkan (manusia) dengan pena, mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-‘Alaq: 3-5).


Ayat ini menegaskan bahwa keimanan dan ilmu tidak bisa dipisahkan. Membaca bukan sekadar aktivitas intelektual, tetapi sebuah perjalanan menuju kesadaran spiritual yang lebih dalam. Iqra’ bukan hanya tentang memahami huruf dan kata, tetapi juga membaca kehidupan, sejarah, dan kebesaran Allah dalam segala ciptaan-Nya. Sering kali, kita menganggap membaca hanya sebagai kegiatan akademik yaitu memahami buku, kitab, jurnal, atau artikel. Namun, dalam konteks wahyu pertama, Iqra’ adalah tentang membaca dengan hati, melihat tanda-tanda Allah dalam alam semesta, dalam perjalanan hidup, dan dalam sejarah umat manusia.


1. Membaca dengan Kesadaran Ilahi 

Allah memerintahkan membaca bersama nama-Nya (bismi Rabbik). Ini adalah peringatan bahwa ilmu yang tidak dibimbing oleh iman bisa menjadi sumber kesombongan dan kesesatan. Ilmu yang sejati bukan sekadar kumpulan informasi, tetapi sesuatu yang mendekatkan kita kepada Allah dan menjadikan kita lebih rendah hati. 


2. Pena dan Peradaban 

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia mengajarkan manusia dengan pena. Artinya, ilmu bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi harus diwariskan. Sejarah mencatat bahwa umat Islam mencapai puncak kejayaannya ketika budaya menulis, menerjemahkan, dan mendokumentasikan ilmu berkembang pesat. Namun, saat kita berhenti membaca dan menulis, peradaban pun melemah. 


3. Belajar dari Kehidupan 

Iqra’ juga berarti membaca pengalaman hidup, baik kesuksesan maupun kegagalan. Setiap peristiwa dalam hidup adalah halaman-halaman yang bisa kita baca untuk menemukan hikmah. Sayangnya, banyak orang yang melihat tanpa membaca, mengalami tanpa memahami, dan melewati hidup tanpa mengambil pelajaran.


Sekali lagi, Iqra’ bukan hanya untuk mereka yang duduk di bangku akademik, tetapi untuk siapa saja yang ingin memahami makna hidup. Membaca bukan sekadar aktivitas otak, tetapi juga gerak hati yang membawa kita lebih dekat kepada Allah. Membaca bukan hanya untuk intelektual dan ulama semata, tetapi kegiatan yang harus terus dilakukan oleh setiap muslim sepanjang hayatnya. 


Di bulan Ramadhan ini, mari kita bertanya pada diri sendiri: Apa yang telah kita baca? Apakah hanya sekadar teks dan informasi, atau juga tanda-tanda kebesaran Allah di sekitar kita? Kita hidup di era informasi, di mana jutaan kata dan data terus mengalir di hadapan kita. Namun, apakah semua itu membawa kita pada cahaya atau justru menambah kebingungan? Mari kita belajar membaca dengan bismi Rabbik, dengan kesadaran bahwa ilmu sejati adalah yang mengantarkan kita pada ketundukan dan kebijaksanaan. 


Ramadhan adalah saat terbaik untuk memperbarui cara kita membaca, baik membaca Al-Qur’an dengan pemahaman, membaca diri dengan kejujuran, membaca kehidupan dengan kebijaksanaan. Sekali lagi, Iqra’. Wallahu a’lam bish-shawab.(Puji Raharjo-Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung)